Cara Bikin Film Aesthetic Cuma Pakai HP Kentang
Karena kadang, yang lo butuhin cuma hujan gerimis, hati yang patah, dan HP kentang
Pernah nggak, nonton film terus rasanya kayak ditinggal orang yang belum sempat kamu bilang “aku sayang kamu”? Kalau iya, selamat datang di dunia Wong Kar-wai—tempat di mana waktu bukan jam, tapi luka yang terus berdetak pelan. Di artikel ini, aku bakal ngajarin kamu, pelan-pelan, cara edit video dengan gaya yang bisa bikin Wong Kar-wai nyender di pojok bioskop sambil ngelap air mata. Lo gak perlu ngerti apapun tentang editing. Kita mulai dari nol. Dari sepi.
Buka software editing kayak Adobe Premiere Pro, CapCut Desktop, atau DaVinci Resolve. Kalau belum punya, pakai CapCut gratisan juga cukup.
Import video kamu: cukup klip-klip sederhana, bisa dari jalanan malam, lampu neon, atau orang jalan sendiri. Gak perlu ada dialog dulu.
Wong Kar-wai lebih suka suasana daripada alur. Jadi sebelum mikirin plot, pikirin: rasanya mau sedih yang kayak apa?
Ambil klip yang kamu suka. Klik kanan > Speed/Duration > ubah jadi 50% (atau bahkan 25%).
Gunakan optical flow (di Premiere) supaya video tetap halus.
Gerakan lambat itu kayak kenangan—selalu terasa lebih panjang dari aslinya.
Buka Color Grading panel (Lumetri di Premiere atau Color Wheels di CapCut).
Tambah yellow & green tint buat suasana tahun 90-an yang suram. Atau red & cyan split tone buat efek kesepian ala In the Mood for Love.
Turunin contrast, biar gak terlalu tajam. Tambah grain kalau bisa. Biar kayak film.
Ingat: hidup gak selalu high definition.
Pilih lagu yang bukan cuma enak, tapi sakit.
Drag musik ke timeline, potong bagian yang terlalu keras, fade in/out perlahan.
Musik bukan latar. Musik itu perasaan yang belum bisa diucapkan karakter.
Kalau ada narasi atau dialog, kasih jarak. Taruh mereka di kejauhan.
Tambahkan echo atau reverb, bikin suara kayak ngomong dari dalam kepala sendiri.
Bisa juga pakai subtitle tanpa suara—biar penonton baca rasa, bukan denger kata.
Tambah blur halus di pinggir layar (gunakan Gaussian Blur, mask tengahnya).
Taruh overlay light leak (cari gratisan di YouTube), set ke Screen mode.
Coba kasih borders hitam seperti film 4:3 (classic WKW frame). Biar kayak nonton mimpi dari masa lalu.
Potong klip bukan karena waktunya habis, tapi karena rasanya cukup.
Biarkan beberapa adegan terlalu lama—itu cara video bilang “gue belum siap pergi”.
Gunakan jump cuts kalau karakter kehilangan arah. Gunakan cross dissolve kalau waktu terasa seperti cairan.
Sekarang kamu udah punya video yang bukan cuma visual, tapi juga luka. Kalau kamu nonton hasil akhirnya terus merasa sepi, berarti kamu udah benar. Karena film ala Wong Kar-wai bukan soal bercerita, tapi soal mengingat. Dan mengingat, seperti cinta yang nggak jadi, selalu terasa lambat, jauh, dan hangat dalam cara yang menyakitkan.
Jadi, silakan edit. Tapi pelan-pelan. Dunia Wong Kar-wai bukan tempat untuk terburu-buru.
Karena kadang, yang lo butuhin cuma hujan gerimis, hati yang patah, dan HP kentang
Bikin video kayak ngerokok di tengah hujan—lambat, sedih, tapi cantik
Bermula dari kampung, bermimpi ke Cannes